Thursday, 3 November 2016

Tempat Duel Sunan Muria vs Dampo Awang Petilasannya ada di gunung Rowo


Petilasan gunung Rowo berada di sebuah danau keramat di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Pati, Jateng. Istilah gunung rowo ternyata punya kisah tersendiri. Diambil dari 2 kata yakni gunung dan rawa (telaga) yang berada di atas gunung. Konon dalam legenda masyarakat Pati mempercayai lokasi ini tempat peperangan antara Sunan Muria melawan Dampo Awang. Benarkah demikian? 
Wilayah sekitar petilasan Gunung Rowo memang merupakan daerah perbukitan. Luasnya sekitar 300-350 hektar ini, konon dalam legenda rakyat Pati, tempat ini dipercaya sebagai arena peperangan antara Sunan Muria dan Dampo Awang. Sumber yang digali dalam folkor memang ada semacam konklusi yang menyebut, gagalnya bangunan Hindu itu akibat peranan dua tokoh Islam tersebut, yakni Sunan Muria dan Dampo Awang.
Dalam peperangan literatur sejarah disebutkan, Dampo Awang adalah orang kedua setelah Sam Poo Kong atau yang dikenal dengan laksamana Cheng Ho. Dalam sejarah dunia Ming Shi (sejarah dinasti Ming) memang tidak terdapat banyak keterangan yang menyinggung tentang asal-usul Cheng Ho.
Disebutkan bahwa dia berasal dari provinsi Yunnan, dikenal sebagai kasim (abdi) San Bao. Nama ini dalam dialek fujian biasa diucap San Po, Sam poo, atau Sam Po. Sumber lain menyebutkan, saat berumur 12 tahun, Yunnan yang dikuasai Dinasti Yuan direbut oleh dinasti Ming. Para pemuda ditawan, bahkan dikebiri, lalu dibawa ke Nanjing untuk dijadikan kasim istana. Tak terkecuali Cheng Ho yang diabdikan kepada Raja Zhu Di di istana Beiping (kini Beijing).
Ketika kaisar mencanangkan program pengembalian kejayaan Tiongkok yang merosot akibat kejatuhan dinasti Mongol (1368), Cheng Ho menawarkan diri untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Dalam kurun waktu 1405-143, Cheng Ho memang pernah singgah di kepulauan nusantara selama 7 kali. Ketika berkunjung ke samudera Pasai, dia menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh. Lonceng itu saat ini tersimpan di museum Banda Aceh. Tempat lain di Sumatera yang dikunjungi adalah Palembang dan Bangka.
Selanjutnya mampir di pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung Priok) tahun 1415 mendarat di Muara Jati (Cirebon). Beberapa cindera mata khas Tiongkok dipersembahkan kepada Sultan Cirebon.
Ketika menyusuri laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada itu, red) sakit keras. Sauh segera dilempar di pantai Simongan, Semarang. Mereka tinggal di sebuah goa, sebagian lagi membuat pondokan. Wang yang kini dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi cikal bakal keberadaan warga Tionghoa di sana. Wang juga mengabdikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong), serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedong Batu. (bersambung)

No comments:

Post a Comment