Tuesday, 1 November 2016

KAPTEN Ali Machmoedi gugur tertembak saat bertempur di Desa Bergad-gembong Pati


Hari itu kami  memfokuskan membicarakan mengenai sejarah pertempuran di Muria. Mbah Nasir menceritakan kisah masa lalunya, tentang perang melawan Belanda yang terjadi di kawasan Muria. Seperti yang  kita ketahui, terjadi serangan besar-besaran baik dari darat, laut dan udara pada agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. Kerusakan fisik tak dapat dihindari, tapi masih beruntung tidak ada korban jiwa dalam serangan di Muria.
Menyambung cerita Mbah Nasir, Edy menambahkan, dalam agresi militer kedua pada 19 Desember 1948, tak tanggung-tangung Kudus dijadikan sebagai pusat pergerakan untuk menguasai beberapa daerah sekitar seperti. Tak cukup itu, Belanda juga mengambil alih pabrik gula Rendeng.
Berdasar pada perintah Markas Besar Komando Djawa pada tanggal 22 Desember 1948, dibentuklah Komando Daerah Muria yang meliputi tiga wilayah yakni Kudus, Pati dan Jepara. Dengan bermarkas di Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Beberapa kali pasukan dibawah komando Kapten Ali Machmoedi pasukannya melakukan serangan terhadap tentara Belanda. Sampai akhirnya Ali Machmoedi gugur tertempak saat bertempur di Desa Bergad-gembong Pati dan digantikan oleh Mayor Koesmanto.
Seiring kepemimpinan Mayor Kusmanto dengan pasukan elite yang dinamai pasukan Macan Putih, terjadi pemindahan markas dari Bergad ke Desa Glagah Kulon, Kecamatan Dawe, Kudus. Pertempuran sebagai upaya perlawanan terhadap Belanda mulai dari terbentuknya Komando daerah Muria pada 1947 sampai Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 menggugurkan banyak kusuma bangsa.

No comments:

Post a Comment